Workshop 6 Kongres PERSI Kupas Pilihan Komunikasi RS, Facebook, Instagram atau TikTok

Ketika ingin mempromosikan faislitas rumah sakit, misalnya tes PCR, rumah sakit (RS) sebaiknya tidak menampilkan tulisan berisi nama layanan dan harga, namun sebaiknya menampilkan teks tentang manfaat yang akan didapat masyarakat, misalnya rasa aman, atau perlindungan yang akan didapatkan.

Kiat itu dipaparkan Ketua Kompartemen Public Relation (PR) and Marketing PERSI Anjari Umarjiyanto dalam Workshop Strategi PR dan Marketing RS Bertumbuh di Masa Pandemi Covid-19 dalam Upaya Resiliensi dan Pemulihan Sistem Pelayanan RS, hari ini Rabu, 27 Oktober 2021 secara virtual. Workshop itu merupakan bagian dari rangkaian Kongres XV PERSI, Seminar Tahunan Patient Safety XV, dan INA HOSPITAL FAIR II 2021 yang diselenggarakan 25-30 Oktober 2021.

“Sentuhlah manfaat yang akan didapat masyarakat, jangan hanya mengumumkan produk mereka atau pain konsumen. Saat mempromosikan layanan kecantikan, yang dipromosikan bukan jenis perawatan dan harganya saja, tapi ungkapkan misalnya, seorang istri yang menggunakan layanan ini akan makin disayang suami,” kata Anjari.

Anjari juga mengingatkan, RS juga harus fokus, baik itu pada pesan yang ingin disampaikan, tapi juga pada jenis saluran yang digunakan. “Jangan terlalu banyak jenis pesan yang ingin disampaikan, fokus saja agar masyarakat tidak bingung dan lebih terarah. Misalnya, kami di RS Kanker Dharmais fokus pada pentingnya menyadarkan masyarakat untuk menindaklanjuti penanganan penyakit nonCovid-19, misalnya kemoterapi untuk mengejar angka kunjungan pasca Covid-19 melandai.”

Sementara fokus pada saluran komunikasi dibutuhkan agar RS menyasar segmennya secara tepat, misalnya jika memang masyarakat yang ingin disasar lebih banyak menggunakan Facebook maka komunikasi yang dilakukan cukup intens di sana, tidak perlu melebar pada Instagram atau TikTok, begitu pula sebaliknya.

“Tinjau usia, tingkat ekonomi, pendidikan dan minat mereka, kalau mereka karena usianya lebih senior, lebih banyak ada di Facebook, ya fokus saja di sana, jangan merambah terlalu banyak saluran tapi tidak efektif.”

Anjari juga memaparkan, perspektif komunikasi marketing idealnya juga diterapkan dalam perumusan kebijakan RS. “Misalnya, jika memang sasaran kita petani atau masyarakat desa ya tidak perlu buka klinik sore, tapi jika ada di perkotaan ya sebaliknya.” (IZn – persi.or.id)