Berbagai isu terkait praktik keperawatan yang kini memasuki digitalisasi dikupas dalam Serial Webinar Implementasi EMR Sesuai Kebutuhan RS Berbasis Evidence Based yang diselenggarakan hari ini, Kamis, 30 November 2023. Memasuki seri keempat, topik yang dibahas adalah “Kiat Sukses Implementasi EMR di pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan RS.”
Acara yang merupakan kolaborasi PT. Info Sarana Medika (ISM) PERSI dengan PT. Oracle Indonesia itu diselenggarakan melalui Zoom. Diskusi yang diikuti sedikitnya 300 peserta yang terdiri atas pimpinan, manajemen, staf IT rumah sakit serta kalangan perumahsakitan lainnya itu dimoderatori Sekretaris Kompartemen Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Pengurus Pusat PERSI Fajaruddin Sihombing, SE, MM.
Wakil Ke 3 PERSI dr. Koesmedi Priharto, Sp.OT, M.Kes dalam sambutannya menyatakan kalangan rumah sakit harus terus berpacu dengan digitalisasi. “Kami baru saja bertemu dengan BPJS Kesehatan, yang kini menjadi pembayar utama jasa kesehatan di Indonesia. Mereka terus meningkatkan digitalisasi dan rumah sakit tentu harus mengikutinya. Mereka tidak akan mau menunggu, begitu pula transformasi digital yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, menjadi kewajiban bagi rumah sakit untuk mengikutinya,” kata dr. Koesmedi.
Pada sambutan berikutnya, Senior Manager Cloud Platform Oracle Indonesia Rivelino Hasugian menyatakan Oracle secara global terus mengembangkan teknologi untuk industri kesehatan yang bukan hanya berfokus pada kecepatan dan efisiensi, namun juga menyentuh sisi personal pasien.
“Sistem yang kami kembangkan di antaranya mencakup registrasi, jadwal, Oracle Clinical Digital Assistant yang bahkan mampu mengatur pemberian pesan kepada pasien setelah mereka pulang dari rumah sakit. Sistem akan mengirimkan pesan dan bertanya bagaimana kondisi mereka setelah mendapat obat dan rangkaian terapi, tentu ini luar biasa menyentuh. Sementara bagi dokter, akan ada sistem yang memberitahu melalui suara, misalnya dari tiga pasien yang akan ditemui, bagaimana tekanan darah, hasil lab dan lainnya yang sebelumnya telah dicatat perawat namun kemudin diinformasikan oleh sistem untuk memudahkan analisa dokter,” kata Rivelino.
Pada sesi paparan praktik terbaik, Manager Keperawatan RS Annisa Tangerang Ns. Nawang SKp, Mkep menyatakan kini di lingkungan RS Annisa tak ada lagi ruangan rekam medis yang berisi map-map. Seluruh data sudah ada di sistem penyimpanan, sehingga bahkan di ruangan dokter dan stasiun perawat pun tidak ada lagi kertas.
Bukan hanya mempercepat, lanjut Ns. Nawang, digitalisasi juga mampu memastikan seluruh aspek asuhan medis dilaksanakan optimal. “Misalnya, terkiat edukasi yang wajib dilakukan dokter, sistem akan meminta itu, bahkan pasien akan diminta membubuhkan tanda tangan digital di tablet sebagai bukti bahwa ia telah mendapatkan informasi yang memadai,” kata Ns. Nawang.
Kunci suksesnya, kata Ns. Nawang, adalah pemahaman yang baik pada setiap petugas perawat yang sehari-hari berhadapan langsung dengan pasien terkait setiap tahapan yang harus dilalui. Selain itu, pastikan pula terdapat satu orang petugas perawat dalam setiap departemen dan giliran jaga yang dapat menjadi pihak yang ditanya dan memberikan solusi ketika terjadi masalah.
Sementara, Principal Technology Solution & Cloud Architect Oracle Indonesia Muhammad Luthfi memaparkan topik “Dukungan teknologi terkini untuk kemudahan implementasi EMR di bidang keperawatan RS.” Luthfi memaparkan bahwa untuk menyewa komputasi awan yang akan menghemat biaya perangkat lunak, keras, serta fasilitas penyimpanan data, dibutuhkan dana mulai Rp10 juta per bulan.
“Tentu saja dengan teknologi kloud ini, aspek keamanan tidak perlu diragukan lagi. Kami menyediakan rumah, pagar dan untuk memasuki pagar itu akan ada perlindungan lagi, mulai dengan teknologi enkripsi dan masking. Tapi pada praktiknya, dibutuhkan juga edukasi pada semua pemangku kepentingan, mulai pasien yang juga memiliki akses pada tahapan tertentu, hingga staf, termasuk tenaga dokter dan perawat,” kata Luthfi.
Di Indonesia, lanjut Luthfi, sistem Oracle APEX yang memungkinkan pihaknya menggandeng mitra lokal sebagai pengembang, juga memungkinkan terintegrasi dengan SatuSehat, sistem yang kini diberlakukan Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan.
“Tidak perlu ada format ulang, sistem ini bisa masuk ke semua gadget yang dipakai di lingkungan rumah sakit. Sistem ini bahkan juga bisa mengenali data yang beragam, baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Tentu saja ini adalah journey atau perjalanan bagi rumah sakit, ada langkah-langkah yang harus dilewati, namun dengan memakai sistem ini, inovasi rumah sakit telah berada di jalur yang benar.”
Sejumlah pertanyaan mengemuka dari peserta, di antaranya Rinrin RS dari Rumah Sakit Karya Bakti Mandiri serta Shandy Aldren dari RS Mandaya yang keduanya menanyakan tata kelola tanda tangan digital di RS Annisa.
Ns. Nawang menjawab jika tanda tangan digital tanpa sertifikasi sepenuhnya diterapkan dalam pendaftaran, surat kontrol, surat sakit, serta ringkasan pasien pulang. “Sejauh ini pada tahapan itu, penggunaan nya masih dimungkinkan dan diperbolehkan UU ITE. Tanda tangan digital yang tidak tersertifikasi ini digunakan karena pertimbangan biaya. Namun yang terkait aspek medis khusus seperti penolakan perawatan serta informasi konsen masih dilakukan manual dengan tanda tangan basah, namun salinannya juga disimpan dalam EMR.” (IZn – persi.or.id)