Jakarta – Indonesia merupakan salah satu negara rentan ancaman penyakit infeksi emerging (PIE) dan zoonosis, disebabkan posisinya yang terletak di wilayah rawan, besarnya jumlah penduduk dan kunjungan wisatawan khususnya ke objek wisata yang interaksi antara manusia dan satwa liar cukup bebas atau mudah.
“Pengalaman wabah flu burung di Sumut yang banyak merugikan dari berbagai sisi. Data menunjukkan, lebih dari 70% penyakit infeksi baru di dunia melibatkan hewan ternak dan satwa liar, di antaranya zika, ebola, flu burung dan penyakit lainnya yang menjadi ancaman zoonosis,” ujar Asisten Deputi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Naahli Kelsum dalam simulasi pendekatan One Health yang melatih koordinasi lintas multisektoral untuk menekan ancaman wabah penyakit zoonosis.
Kegiatan itu melibatkan perwakilan dari Aceh, Riau, Kepulauan, Riau, Sumut, Sumatera Barat Jambi , Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Lampung.
Keterlibatan itu melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup, perwakilan USAID, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Medan, serta Department of Foreign Affair Trade (DFAT) Australia.
Naahli menjelaskan, flu burung pada 2005 di Sumut menyebabkan kerugian besar termasuk perekonomian, selain ayam bermatian, penjualan dan harga jual ayam juga anjlok. Saat itu, Kabupaten Karo, menjadi klaster flu burung pertama dan terbesar di Indonesia.
Selain itu, Sumut juga memiliki dua Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Taman Nasional Batang Gadis yang memiliki keanekaragaman hayati flora maupun fauna, pun jalur pelayaran perdagangan internasional Selat Malaka.
“Kesiapsiagaan menghadapi bencana non alam berupa wabah penyakit, khususnya penyakit infeksi emerging dan zoonosis diharapkan bisa menjadikan Indonesia aman, termasuk untuk kepentingan wisata,”kata Naahli.
Buku pedoman koordinasi lintas sektor kesiapsiagaan itu telah diluncurkan di Yogyakarta dan implementasinya, sebelumnya telah dilatih di Bogor, Manado dan Bali. (IZn – persi.or.id)