Virus COVID-19 varian omicron memiliki karakteristik tingkat penularan yang sangat cepat dibandingkan Alpha, Betha, dan Delta. Namun jika dilihat dari gejala lebih ringan dan tingkat kesembuhan juga sangat tinggi, sehingga pasien positif Omicron tanpa gejala atau ringan diimbau cukup melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Pentingnya kewaspadaan pada Omicron juga ditunjang data konfirmasi positif COVID-19 yang terus naik, data pada Kamis (3/2) menembus angka 27.197, tertinggi sejak diumumkannya konfirmasi Omicron pertama di Indonesia.
“Pasien yang dirawat di rumah sakit (RS), 85% sudah sembuh, sedangkan yang kasusnya berat, kritis hingga membutuhkan oksigen sekitar 8%. Bagi pasien isoman, selama saturasi di atas 95% ke atas tidak perlu kuatir, kalau ada gejala seperti batuk, flu, demam segera konsultasi melalui telemedisin atau puskesmas setempat,” kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi di kantor Kemenkes, Jumat (4/2).
Nadia menegaskan, RS saat ini diprioritaskan untuk pasien dengan gejala sedang, berat, kritis, dan membutuhkan oksigen. “Dengan kasus Omicron yang terus bertambah, masyarakat kita minta tetap waspada jangan sampai lengah. Tetap disiplin protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, hindari kerumunan, dan kurangi mobilitas,” kata Nadia.
Nadia memaparkan, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina dan Isolasi dalam Rangka Percepatan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 memaparkan lima derajat gejala COVID-19 antara lain:
- Tanpa gejala/asimtomatis yaitu tidak ditemukan gejala klinis.
- Gejala Ringan yaitu Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia, frekuensi napas 12-20 kali per menit dan saturasi oksigen >95%.
Gejala umum yang muncul seperti demam, batuk, kelelahan, kehilangan nafsu makan, napas pendek, mialgia dan nyeri tulang. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia). - Gejala Sedang dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat tanpa tanda pneumonia berat, dengan saturasi oksigen 93% .
- Gejala Berat dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat, dan ditambah satu dari: frekuensi napas >30 x/menit, distres pernapasan berat, atau saturasi oksigen <93% .
- Kritis yaitu Pasien dengan gejala gagal nafas, komplikasi infeksi, atau kegagalan multiorgan. (IZn – persi.or.id)