Kemenkes Aplikasikan Teknologi Genomik untuk Deteksi dan Pengobatan Presisi Kanker, Stroke, Jantung dan Ginjal

Indonesia kini mengaplikasikan Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) pada empat penyakit tidak menular penyebab kematian sekaligus pembiayaan tertinggi di Indonesia yakni kanker, stroke, jantung dan ginjal. BGSi berguna untuk memetakan genomic pasien sehingga faktor risiko penyakit tidak menular bisa dideteksi sejak dini.

”Mencegah itu biayanya jauh lebih murah dibandingkan mengobati. Dengan mengetahui pola genomic pasien, proses pemeriksaan, perawatan dan pengobatan dilakukan dengan spesifik, sehingga lebih efisien dan efektif, biayanya juga lebih murah,” kata BGSi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Singapore Week of Innovation and Technology (SWITCH) 2022 di Singapura, kemarin, Selasa (25/10) dalam rilis Kementeria Kesehatan (Kemkes).

BGSi, kata Budi Gunadi, merupakan program inisiatif nasional pertama yang fokus pada pengembangan pelayanan kesehatan menggunakan bioteknologi kesehatan dan kedokteran presisi. BGSi memanfaatkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom)dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri atau Whole Genome Sequencing (WGS). Melalui cara ini, proses perawatan dan pengobatan akan lebih tepat dan personal.

Selain mengenalkan BGSi di ajang SWITCH, Menkes juga melakukan kunjungan kerja ke sejumlah penyedia layanan kesehatan di Singapura untuk membahas peluang kerja sama.

“BGSi menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menggalang dukungan global dalam menyukseskan pilar keenam transformasi kesehatan yakni transformasi bioteknologi kesehatan. Dengan berbagi informasi mengenai BGSi juga menjadi ajang untuk saling berbagi pengalaman dalam mengembangkan inovasi kesehatan dari berbagai pihak,” kata Budi Gunadi. (IZn – persi.or.id)