Jakarta – Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Pertanian di bawah koordinasi Menko PMK berkolaborasi mengagendakan rangkaian program ketersediaan air bersih, sanitasi, dan ketahanan pangan di Asmat, Papua.
Terkait ketersediaan pangan melalui pemberdayaan masyarakat, tim Flying Health Care (FHC) telah membuat kolam ikan di Puskesmas di Distrik Kolf Braza ukuran 810 meter, pembagian biji dan menanam pohon kelor di sekitar Puskesmas Sawaerma sebagai percontohan.
Masalah gizi buruk di Asmat sudah berkurang apalagi kejadian luar biasa (KLB) campak sudah dicabut oleh Bupati pada Senin (5/2). Jumlah pasien gizi buruk dan campak hingga Rabu (7/2), tersisa 19 orang, terdiri dari 2 kasus campak, 16 kasus gizi buruk dan 1 pasien campak dan gizi buruk.
Agar gizi buruk tidak kembali muncul, Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek mengatakan perlu antisipasi salah satunya dengan kolaborasi antar sektor, salah satunya dengan memperbaiki infrastruktur.
“Kalau tidak punya akses dan masih ada penduduk di situ, mereka tidak punya persiapan bahan makan,” kata Nila di Jakarta, belum lama ini.
Salah satu masalah utama di sana, yaitu gizi buruk, kata Nila, dipengaruhi pola makan, perilaku dan infeksi. Secara geografis, ketahan pangan di Asmat sangat kurang karena 90% tanahnya terdiri dari rawa. Penduduk pun tersebar di 224 kampung, yang hanya terhubung dengan dunia luar melalui transportasi air.
Solusi yang ditawarkan, selain membuat kolam ikan, juga mengajari mereka menanam pohon kelor. “Langkah-langkah lanjutan ini perlu karena mereka sudah kembali ke kampungnya, harus terus diawasi karena ketahanan pangan itu penting. Mereka yang kembali ke kampungnya, kalau tidak ada makanan, bisa jatuh sakit lagi,” ujar Nila. (IZn – pdpersi.co.id)