Bioinformatika, Menghubungkan Angelina Jolie, Big Data dan Rekam Medis RS

Jakarta – Keputusan aktris Hollywood Angelina Jolie untuk menjalani operasi pengangkatan payudara untuk menghindarkan dirinya dari risiko kanker, setelah diduga memiliki mutasi gen BRCA-1 sebagai pembawa risiko kanker dengan akurasi hingga 85%, adalah contoh paling populer implementasi bio informatika.

“Saat ini, karena bidang saya adalah bayi tabung, kami tengah mengembangkan metode untuk menentukan embrio yang memiliki kualitas baik, moderate dan sebagainya,” ujar Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K), MPH, Guru besar FKUI, Wakil Direktur Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI)-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ketika ditemui persi.or.id di ruangan kerjanya di gedung IMERI Jakarta, Jumat (19/7)

Budi menjelaskan, kompetensi bioinformatika merupakan kombinasi antarilmu komputer, matematika, genetik dan ilmu sains dasar. Bioinformatika, bidang ilmu kedokteran yang kini banyak diminati, memiliki kemampuan menerjemahkan jutaan gigabyte pasang basa DNA menjadi algoritma. Data yang kemudian dimaknai secara medis itu bermanfaat dalam deteksi dini maupun tata laksana penyakit tertentu.

“Kemudian diperkaya teknik deep learning dan machine learning. Teknik ini mampu mengolah ribuan hingga jutaan data menjadi sebuah kecerdsan buatan. Metode ini memiliki keunggulan kecepatan dan ketajaman analisis data sehingga menghasilkan layanan kesehatan yang presisi,” ujar Budi.

Lebih lanjut, Budi mengungkapkan, potensi big data kesehatan yang merupakan kombinasi data klinik dan genomik dapat dimanfaatkan. Penggunanya, individu, untuk menjelaskan faktor risiko kesehatan maupun pemerintah untuk mengantisipasi risiko dan menentukan strategi kebijakan kesehatan.

“Ciri big data adalah volume yang besar, dihasilkan setiap detik, velocity atau cepat bergerak, variety atau berbagai jenis data, veracity, akurasi yang kurang terkontrol serta value atau bernilai,” ujar Budi.

Di Indonesia, lanjut Budi, salah stau sumber data yang paling potensial digunakan bersumber dari BPJS Kesehatan dan rumah sakit.”Sayangnya, data medis RS kita belum terintegrasi. Rekan medis kita tersebar di berbagai RS,” kata Budi. (IZn-persi.or.id)